Halaman Aktif

Selamat Datang

Belajar Hama dan Penyakit Tumbuhan merupakan blog baru untuk mendukung pembelajaran blended learning mata kuliah Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan bagi mahasiswa Faperta Undana. Blog sedang dalam pembuatan sehingga belum dapat menyediakan layanan secara penuh. Silahkan berkunjung kembali untuk memperoleh informasi mengenai fitur layanan dukungan pembelajaran yang diberikan melalui blog ini. Mohon berkenan menyampaikan komentar dengan mengklik tautan Post a Comment di bawah setiap tulisan.

Minggu, 10 September 2023

2.1. Penggolongan Hama Berdasarkan Taksonomi 1: Taksonomi Hewan serta Filum Chordata, Nematda, dan Mollusca

Sebagaimana sudah saya uraikan pada materi sebelumnya, organisme hama dan organisme OPT sebaiknya dibahas secara terintegrasi sehingga mata kuliah ilmu hama dan penyakit tumbuhan menjadi satu mata kuliah utuh, bukan sekedar penggabungan dua mata kuliah. Namun karena dalam RPS yang sudah disepakati, hama dan patogen dibahas secara terpisah masing-masing dalam setengah semester pertama dan setengah semester kedua, maka pada materi kuliah ini dan materi kuliah selanjutnya kita akan memfokuskan perhatian pada hama tumbuhan. Untuk mengawali pembahasan mengenai hama, kita akan membahas tentang penggolongannya dalam kaitan dengan kategori OPT, taksonomi, dan cara mengganggu tanaman. Mengingat taksonomi organsime sangat rumit maka pembahasan mengenai penggolongan berdasarkan taksonomi hanya akaan dilakukan secara sepintas dalam dua materi. Materi pertama untuk organisme hewan golongan bertulang belakang, moluska, dan nematoda dan metaeri kedua untuk organisme golongan arthropoda.

2.1.1. MATERI KULIAH

2.1.1.1. Membaca Materi Kuliah
Keanekaragaman Jenis dan Taksonomi Hewan
Berapa jumlah jenis hewan dan berapa jenis yang dapat mengganggu, merusak, dan mematikan tanaman? Satu studi mutakhir, How Many Species Are There on Earth and in the Ocean? menyebutkab bahwa terdapat 1.244.360 jenis organisme di daratan dan 194.409 jenis organisme di lautan yang sudah terkatalogisasi dari yang diprediksi sebanyak masing-masing 8.750.000 (plus/minus 1.300.000) jenis dan 2.210.000 (plus/minus 182.000) jenis. Dari jumlah tersebut, berapa yang merupakan golongan hewan? Jika yang dimaksud hanya kerajaan Animalia maka jumlahnya adalah 953.434 jenis di daratan dan 171.082 jenis di lautan yang sudah terkatalogisasi dari yang terprediksi sebanyak masing-masing 7.770.000 (plus/minus 958.000) jenis dan 2.150.000 (plus/minus 145.000) jenis. Jika kerajaan Protozoa juga dimasukkan, maka perlu ditambah dengan 8.118 jenis di daratan dan 8.118 jenis di lautan yang sudah terkatalogisasi dari terprediksi sebanyak masing-masing 36.400 (plus/minus 6.690) jenis dan 36.400 (plus/minus 6.690) jenis. Mengapa harus ada plus minus? Karena berbagai faktor, termasuk faktor perubahan cara menggolongkan dan menamai organisme yang bisa berubah. Dari jumlah organisme golongan hewan, berapa yang dapat berstatus sebagai hama? Lebih sulit lagi untuk dapat dijawab secara tepat karena status hama tidak bersifat tetap, melainkan bergantung pada populasi. Untuk mencoba memperoleh gambaran, perlu terlebih dahulu dipahami penggolongan hewan secara taksonomis.

Taksonomi (taxonomy) merupakan ilmu dan praktik pengelompokan suatu hal berdasarkan hal tertentu. Pada awalnya, taksonomi hanya mengacu pada kategorisasi makhluk hidup, tetapi dalam pengertian yang lebih luas dan lebih umum, taksonomi juga bisa merujuk pada kategorisasi benda atau konsep, serta prinsip-prinsip yang mendasari kategorisasi tersebut, umumnya secara berperingkat (hierarkis) meskipun bukan merupakan keharusan. Kategorisasi mahluk hidup secara berperingkat ke dalam peringkat taksonomik (taxonomic rank) dikenal sebagai klasifikasi biologis (biological classification), Peringkat taksonomik yang digunakan terdiri atas peringkat utama dan peringkat tambahan. Peringkat utama terdiri atas domain, kerajaan, filum/divisi, kelas, ordo, famili, genus, spesies (jenis), sedangkan peringkat taksonomik tambahan merupakan peringkat yang dibuat di antara dua peringkat taksonomik utama. Selain klasifikasi berdasarkan pemeringkatan taksonomik, klasifikasi mahluk hidup kini juga dilakukan berdasarkan klad (clade), menghasilkan klasifikasi kladistik (cladistic classification). Dalam klasifikasi kladistik, peringkat taksonomik menjadi tidak penting, melainkan setiap klad harus monopiletik (monophyletic). Suatu klad dinyatakan monopiletik bila: (1) mencakup populasi yang mempunyai moyang bersama terakhir dan (2) tidak mencakup populasi yang merupakan keturunan moyang yang berbeda (Gambar 2.1.1). Klasifikasi organisme yang digunakan saat ini pada umumnya merupakan penggabungan antara klasifikasi berdasarkan peringkat taksonomik, klasifikasi kladistik, dan evolusi yang dikenal sebagai klasifikasi filogenetik (phylogenetic classification) berdasarkan tatanama filogenetic (phylogenetic nomenclature) yang ditetapkan sebagai International Code of Phylogenetic Nomenclature (ICPN, PhyloCode) yang mengatur penamaan klad.
Gambar 2.1.1. Kladogram yang menunjukkan klad monofiletik, parafiletik, dan polifiletik, klik untuk memperbesar. Sumber: Wikipedia (2023) 

Mengapa perlu menggolongkan hama berdasarkan taksonomi? Mungkin ada yang menjawab karena perlu mengetahui klasifikasi hama. Tidak salah, tapi juga tidak sepenuhnya merupakan jawaban yang lengkap. Kita perlu menggolongkan hama berdasarkan taksonomi dan perlu mengetahui klasifikasinya karena dengan demikian dapat:
  • Mengetahui karakteristiknya, termasuk karakteristik cara merusak, perkembangbiakannya, fase merusak dalam daur hidupnya, tanaman yang menjadi inangnya, dan perkembangan populasinya. Karakteristik cara merusak, bagian tanaman yang dirusak, dan jenis tanaman yang menjadi inangnya akan kita bahas pada Materi Kuliah 2.2.
  • Mengetahui jenis hama lain yang berkerabat dekat dan karena berkerabat dekat dapat mempunyai karakteristik yang kurang lebih sama. 
Berkerabat dekat dalam hal ini berarti merupakan sub-spesies (anak jenis) dalam jenis (spesies) yang sama atau spesies (jenis) berbeda dalam genus (marga) yang sama. Hama yang berkerabat dekat dapat mengganggu dan merusak tanaman secara terpisah sendiri-sendiri atau menjadi hama kompkes jika mengganggu dan merusak tanaman yang sama. Namun sebelum membahas lebih lanjut mengenai penggolongan hama berdasarkan taksonomi, silahkan terlebih dahulu membaca materi kuliah 2.1. Beragam OPT Golongan Hewan: Gangguan dan Kerusakan yang Ditimbulkan dalam mata kuliah Dasar-dasar Perlindungan Tanaman. Penggolongan organisme hama pada materi kuliah ini merupakan elaborasi dari kedua materi kuliah DPT tersebut. 

Selanjutnya mari kita lanjutkan membahas secara sepintas mengenai klasifikasi organisme golongan hewan, agar dapat mengetahui posisi hama yang kita hadapi di antara berbagai jenis organisme golongan hewan. Sebagaimana kita ketahui, semua jenis hewan termasuk dalam kerajaan Animalia. Konsensus termutakhir mengenai klasifikasi kerajaan Animalia adalah sebagaimana disajikan oleh Giribet & Edgecombe (2020) (Gambar 2.1.2), meskipun Kapli et al (2021) telah mengusulkan perubahan. Jenis-jenis hama pengganggu dan perusak tanaman terdapat hanya dalam filum Chordata, Nematoda, Arthropoda, dan Mollusca dalam kladogram kerajaan Animalia.

Gambar 2.1.2. Kladogram kerajaan dengan posisi filum dengan jenis yang berstatus sebagai hama. Perhatikan bahwa klad yang tergolong dalam klasifikasi gabungan berdasarkan peringkat taksonomik dan kladistik, peringkat takson yang sama tidak berada sebagai klad yang sejajar. Klik untuk memperbesar. Sumber: Giribet & Edgecombe (2020)

Penggolongan hama berdasarkan taksonomi berkaitan dengan nama ilmiah (scientific name) jenis-jenis hama. Mengingat hama merupakan organisme golongan hewan maka nama ilmiahnya diatur dalam International Code of Zoological Nomenclature, ICZN) yang ditetapkan oleh International Commission on Zoological Nomenclature dari International Union of Biological Sciences, yang berlaku sejak 31 Desember 1999 adalah Edisi Keempat (Fourth Edition) dengan amandemen Pasal 8, 9, 10, 21, dan 78 berlaku mulai 1 Januari 2012. Beberapa ketentuan yang perlu diketahui mengenai nama ilmiah adalah sebagai berikut:
  • Nama ilmiah jenis (spesies) menggunakan kata-kata Bahasa Latin atau bahasa lain yang dilatinkan, terdiri atas dua kata (binomial), kata pertama merupakan nama genus yang ditulis dengan huruf kapital (besar) dan nama kedua merupakan nama penciri jenis (species epithet), bukan naka jenis, keduanya dicetak miring. Berbeda dengan nama ilmiah organisme golongan tumbuhan, nama ilmiah organisme golongan hewan dapat terdiri atas dua kata yang sama (nama penciri jenis boleh sama dengan nama genus), misalnya Rattus rattus, dan boleh mencantumkan nama sub-spesies tanpa diawali dengan singkatan subsp., misalnya Rattus rattus rattus (trinomial), tetapi sebaiknya ditulis Rattus rattus subsp. rattus
  • Nama ilmiah dapat berubah sehingga sebelum menggunakan perlu dipastikan merupakan nama ilmiah yang diterima (accepted) dengan memeriksa pada situs-situs pemeriksaan nama ilmiah, antara lain pada situs Global Biodiversity Information Facility (GBIF).
  • Nama ilmiah sebaiknya disertai dengan nama pemberi nama (author) dan tahun publikasi pada penulisan pertama, misalnya Rattus rattus (Linnaeus, 1758), pada penulisan berikutnya dapat disingkat tanpa nama pemberi nama dan tahun publikasi, misalnya R. rattus, sepanjang tidak membingungkan.
  • Nama ilmiah organisme hama digunakan dalam penyebutan hama sebagai hama, misalnya tikus sawah (Ratus argentiventer) bukan dalam penyebutan sebagai keterangan, misalnya sebagai keterangan dalam istilah lubang tikus sawah, perkembangbiakan tikus sawah, daur hidup tikus sawah, dsb., tidak perlu disertai dengan nama ilmiah.
Contoh jenis-jenis hama dalam penggolongan berdasarkan taksonomi dalam uraian berikut diberikan dengan nama umum dalam bahasa Indonesia sepanjang tersedia disertai dengan nama umum dalam bahasa Inggris, diikuti dengan nama ilmiah, diprioritaskan untuk jenis-jenis hama pada tanaman yang terdapat di Nusa Tenggara Timur. Silahkan klik tautan pada nama dalam Bahasa Indonesia untuk memperoleh deskripsi lebih ringkas atau nama dalam Bahasa Inggris untuk memperoleh deskripsi lebih lengkap, atau klik nama marga untuuk memperoleh nama jenis kerabat dekat yang mungkin juga merupakan hama. Silahkan salin nama ilmiah dan kemudian lakukan pemeriksaan dengan cara mmeenempel dalam kotak pencarian situs Global Biodiversity Information Facility (GBIF) untuk meastikan bahwa nama ilmiah merupakan nama diterima.

Filum Chordata
Chordata merupakan hewan yang mempunyai ciri-ciri: (1) memiliki notokord (notocgord), yaitu kerangka berbentuk batangan keras tetapi lentur, yang terletak di antara saluran pencernaan dan tali saraf, memanjang sepanjang tubuh membentuk sumbu kerangka, (2) memiliki saraf tunggal dorsal (dorsal nerve cord) yang berada pada posisi dorsal terhadap notocord, dan memiliki ujung anterior yang membesar berupa otak, (3) memiliki endostyle atau kelenjar tiroid (thyroid gland), (4) memiliki celah faring (pharingeal slits), dan (5) mempunyai ekor yang memanjang ke arah posterior terhadap anus (post-anal tail). Hewan dalam filum Chordata dipilah ke dalam 3 sub-filum: (1) Cephalochordata, (2) Tunicata, dan (3) Craniata (Vertebrata). Dari ketiga sub-filum ini, hewan chordata hama terdapat dalam sub-filum Craniata (Vertebrata). Di dalam sub-filum ini terdapat klad Tetrapoda yang mencakup mamalia dan burung yang mempunyai jenis sebagai hama. Tetrapoda mengalami perubahan mendasar dalam klasifikasinya menjadi klad Lissamphibia (amfibi), Synapsida (mamalia), dan Sauropsida yang terdiri atas reptilia dan burung sebagai keturunan masih ada dari dinosaurus 

Mamalia mempunyai jenis yang dapat menjadi hama pada jenis-jenis tanaman tertentu. Klasifikasi filogenetik mamalia masih diperdebatkan, tetapi klasifikasi yang saat ini banyak digunakan adalah klasifikasi menurut Vaughan et al. (2015), selain juga klasifikasi menurut McKenna & Bell (1997). Klasifikasi menurut Vaughan et al. (2015) membagi kelas Mammalia ke dalam infrakelas, ordo dan famili. Ordo dan famili yang di dalamnya terdapat mamalia yang berstatus sebagai hama adalah sebagai berikut:
Burung (Aves) mempunyai banyak jenis yang dapat menjadi berstatus sebagai hama penting pada jenis-jenis tanaman tertentu. Klasifikasi burung kini mengalami perubahan secara sangat mendasar. Hasil studi filogenetik menunjukkan bahwa organisme yang sebelumnya digolongkan ke dalam kelas Reptilia dan kelas Aves ternyata tidak monopiletik. Kelas Reptilia (lama) terbagi menjadi klad Reptilia (baru) dan klad lain yang sekerabat dengan dinosaurus dan burung. Klad Reptilia lain, dinosaurus, dan burung yang sekerabat tersebut dinamakan Sauropsida dengan kladogram, sebagaimana diberikan oleh Lee (2013), sebagai berikut:
Studi filogenetik menunjukkan bahwa berbagai jenis burung yang ada saat ini berkerabat dengan dinosaurus dan buaya (Gambar 2.1.3). Secara lebih khusus, burung termasuk dalam kelompok dinosaurus theropod, yaitu dinosaurus dengan tulang berlubang, berjari tiga, dan setiap jarinya berkuku cakar, yang dalam kladogram Cau et al. (2015) dinamai Avialae, dalam kladogram Wang et al. (2015) dinamai Ornithotoraces, dan dalam kladogram McLachlan et al. (2017) dinamai Ornithurae, di mana di dalamnya terdapat klad Aves.
Gambar 2.1.3. Hubungan filogenetik antara burung, dinosaurus, dan buaya. Klik untuk memperbesar. Sumber: Plotnick et al. (2015)

Aves dalam pengertian famili lama mencakup beraneka jenis burung yang ada saat ini, yang dalam kladogram Braun & Kimball (2021) terdiri atas infra-kelas Palaeognathae dan Neognathae yang masing-masing terdiri atas sejumlah ordo dan famili. Jenis-jenis burung dapat berstatus sebagai hama dengan cara memakan buah, menghisap madu, menggugurkan bunga dan buah, menyebarkan biji tumbuhan parasitik dan gulma, dan menyebarkan patogen. Sebagian besar burung hama termasuk dalam ordo Passeriformes, lebih sedikit pada ordo-ordo lainnya. Jenis-jenis burung yang merupakan hama dalam ordo Passeriformes adalah sebagai berikut:
  • Corvidae (gagak dan kerabatnya), contoh: gagak kampung (large-billed crowCorvus macrorhynchos Wagler, 1827, terdiri atas 11 subspesies, yang terdapat di Indonesia adalah C. m. macrorhynchos (Wagler, 1827), merupakan jenis burung cerdas dan bandel, pemakan segala, hama pada tanaman aneka buah.
  • Dicaeidae (burung cabai dan kerabatnya), contoh: cabai polos (nilgiri flowerpecker) Dicaeum concolor Jerdon, 1840, pemakan nektar sehingga merusak bunga tanaman, tetapi juga memakan buah berukuran kecil seperti buah benalu sehingga membantu penyebarannya, juga buah berukuran kecil dari aneka tanaman antara lain cabai.
  • Estrildidae (burung pipit dan kerabatnya), contoh: bondol jawa (javan muniaLonchura leucogastroides (Moore, 1858), hama penting tanaman padi dan serealia biji kecil lainnya
  • Meliphagidae (burung penghisap madu), contoh: isap-madu abu-abu (brown honeyeater) Lichmera indistincta (Vigors & Horsfield, 1827), terdiri atas sejumlah subspesies, yang terdapat di Indonesia adalah L. i. limbata, menghisap madu secara berkelompok sehingga dapat merusak bunga.
  • Nectariniidae (burung madu dan kerabatnya), contoh: burung-madu sriganti (olive-backed sunbird) Cinnyris jugularis Linnaeus, 1766, terdiri atas 22 sub-spesies yang menyebar luas di Indonesia, sub-spesies C. j. ornatus (Lesson, 1827) menyebar di Nusa Tenggara, penghisap nektar, termasuk nektar bunga pisang sehingga berpotensi menularkan patogen penyakit darah.
  • Oriolidae (kepudang), contoh: kepudang kuduk-hitam (black-naped orioleOriolus chinensis Linnaeus, 1766, terdiri atas 20 subspesies tersebar di Indonesia dan negara tetangga, sub-spesies O. c. broderipi tersebar di Nusa Tenggara, memakan buah berukuran kecil seperti buah jenis-jenis Ficus dan buah tanaman dengan tipe buah berry.
  • Passeridae (burung gereja dan kerabatnya), contoh: burung-gereja eurasia (eurasian tree-sparrowPasser montanus Linnaeus, 1758, terdiri atas 7 subspesies tersebar luas di Eropa dan Asia, sub-spesies yang terdapat di Indonesia adalah P. m. malaccensis, pemakan serealia, buah berukuran kecil, dan seranggga kecil, merupakan hama penting pada tanaman padi sehingga di Tiongkok pernah dibuat program untuk mengendalikannya, tetapi kemudian menimbulkan ledakan serangga hama.
  • Sturnidae (burung jalak dan kerabatnya), contoh: jalak suren (indian pied-minaGracupica contra (Linnaeus, 1758), pemakan biji, buah berukuran kecil termasuk buah jenis-jenis Ficus dan benalu, dan serangga, hidup berkelompok, merusak hanya jika memakan dalam kelompok, menyebarkan benalu.
  • Zosteropidae (burung kaca mata dan kerabatnya), contoh: kaca-mata biasa (indian white-eye)   Zosterops palpebrosus (Temminck, 1824), pemakan buah berukuran kecil, nektar, dan serangga, merusak bunga tanaman karena kebiasaan makan secara berkelompok.
Jenis-jenis burung yang merupakan hama bukan dalam ordo Passeriformes adalah sebagai berikut
  • Cacatuidae (burung kakatua dan kerabatnya) dalam ordo Psittaciformes, contoh: kakatua-kecil jambul-kuning (lesser sulphur-crested cockatooCacatua sulphurea (Gmelin, JF, 1788), saat ini terdiri atas 7 sub-spesies termasuk kakatua jambul-jingga, yang sebelumnya merupakan spesies tersendiri Cacatua citrinocristata Fraser, 1844 kini menjadi C. s. citrinocristata, menyebar di Indonesia bagian Timur, sub-spesies C. s. occidentalis Hartert, E, 1898 dan C. s. parvula (Bonaparte, 1850) terdapat di Nusa Tenggara, jenis-jenis sekerabat lainnya merupakan hama penting di Australia, merupakan jenis burung pemakan serealia dan buah, menjadi hama terutama pada lahan pertanian di sekitar kawasan konservasi.
  • Psittacidae (burung perkici dan kerabatnya) dalam ordo Psittaciformes, contoh: perkici data-skarlet (scarlet-breasted lorikeet, sunset lorikeet) Trichoglossus forsteni Bonaparte, 1850, dan jenis-jenis perkici, kakatua, nuri, bayan, dan kerabatnya, merupakan hama penting di Australia, hama pada tanaman aneka buah dan serealia.
Beberapa jenis hewan Chordata yang dapat berstatus sebagai hama merupakan jenis satwa dilindungi sehingga menimbulkan tantangan tersendiri pada lahan pertanian yang berdekatan dengan kawasan konservasi. Silahkan membaca UU Nomor 32 Tahun 2024 tentang Perubahan atas UU Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya untuk mengetahui larangan dan sanksi yang dapat dikenakan terhadap kegiatan yang berkaitan dengan satwa yang dilindungi. Jangankan mengendalikan, memelihara satwa liar yang dilindungi dapat menjadikan seseorang terjerat kasus hukum.

Filum Mollusca
Filum Mollusca merupakan hewan triploblastik (memiliki tiga lapisan embryo) selomata (mempunyai rongga tubuh) yang bertubuh lunak, bercangkang (snail) maupun tidak bercangkang (slug), tidak berkaki, dan tubuhnya tidak dapat dibedakan menjadi kepala, dada, dan perut. Cangkang digunakan sebagai tempat menyembunyikan tubuh lunaknya bila terjadi gangguan. Keong berbiak dengan telur yang diletakkannya dalam jumlah besar pada celah-celah tanah, di bawah serasah, atau di tempat-tempat tersembunyi lainnya. Telur menetas sebagai larva akuatik atau semi-akuatik yang disebut trokofora (trochophore). Trokofora selanjutnya berkembang menjadi veliger yang pada keong bercangkang ditandai dengan mulai terbentuknya cangkang. Moluska termasuk dalam sub-kerajaan hewan: Eumetazoa, klad: ParaHoxozoa, klad: Bilateria, klad: Nephrozoa, cabang: Protostomia, cabang: Spiralia, dan superfilum: Lophotrochozoa. Namun filogeni moluskan sampai kini masih dalam perdebatan, antara hipotesis "Aculifera" dan hipotesis "Testaria" berkaitan dengan hubungan klad dalam kadogram. Moluska yang ada saat ini dipilah ke dalam 7 kelas, jenis sebagai hama terdapat dalam kelas Gastropoda. Klasifikasi mutakhir moluska kelas Gastropoda diberikan oleh Bouchet et al., (2017)

Moluska sebagai hama pertanian dibahas pada buku The Biology of Terrestrial Molluscs dan Molluscs as Crop Pests. Pada buku Plant Protection 1: Pests, Diseases, and Weeds diuraikan pada sub-bab Snails and Slugs. Moluska berkembang menjadi hama terutama karena lingkungan pertanian kurang mendukung perkembangan musuh alami, terutama predator yang biasanya memangsa keong, seperti burung pencari makan di permukaan tanah, mamalia tertentu, dan kumbang tanah (karabid). Kelas Gastropoda terdiri atas jenis-jenis moluska yang dapat dimakan, tetapi beberapa jenisnya juga dapat menjadi hama yang sangat merusak. Jenis-jenis moluska kelas Gastropoda yang berstatus sebagai hama terdapat dalam famili dan ordo sebagai berikut:
  • Achatinidae (bekicot dan kerabatnya) dalam ordo Stylommatophora, contoh: bekicot (giant african land-snailLissachatina fulica (Férussac, 1821)). berasal dari Afrika Timur dan menyebar ke seluruh dunia sebagai bahan makanan, sebagai hewan peliharaan, atau pada kargo, terdaftar sebagai spesies paling invasive ke-2 dalam daftar 100 spesies asing paling invasif (100 of the World's Worst Invasive Alien Species), sangat merusak pada aneka jenis tanaman di darat, terutama pada fase bibit.
  • Agriolimacidae (slug): Deroceras reticulatum (Müller)
  • Arionidae (slug): Arion hortensis (de Férussac) dan Arion subfuscus (Draparnaud)
  • Ampullariidae (keong mas dan kerabatnya) dalam ordo Architaenioglossa, contoh: keong mas (Pomacea canaliculata (Lamarck, 1819)), berasal dari Amerika Selatan dan menyebar ke seluruh dunia sebagai bahan makanan dan hewan peliharaan, terdaftar sebagai spesies paling invasif ke-73 dalam daftar 100 spesies asing paling invasif (100 of the World's Worst Invasive Alien Species)pada tanaman di persawahan yang menimbulkan kerusakan meningkat pada musim hujan, 
  • Bradybaeninae, contoh: keong semak (asian trampsnailBradybaena similaris (Férussac), dari ganus Bradybaena, menyebar di Asia Tenggara, dapat menjadi hama pada beberapa jenis tanaman, jenis lainnya Bradybaena ravida (W. H. Benson, 1842), hama pada tanaman anggur di Tiongkok dan Taiwan
  • HelicidaeCantareus aspersus (Müller) pada anggur di Australia dan Afrika Selatan, berpotensi invasif, dan Theba pisana (Müller) pada anggur dan padang penggembalaan 
  • HygromiidaeCernuella virgata (da Costa), Cochlicella acuta (Müller) dan Cochlicella barbara (Linnaeus) pada padang penggembalaan
  • LymnaeidaeLymnaea acuminata de Lamarck dan Lymnaea acuminata de Lamarck form rufescens Gray hama padi di India dan Lymnaea sp. hama padi di Italia
  • Milacidae (slug)
  • PlanorbidaeBiomphalaria pfeifferi (Krauss) dan Helisoma duryi (Wetherby) hama padi di Mali, Indoplanorbis exustus (Deshayes) hama padi di India, Isidorella newcombi (Adams & Angus) sensu latoIsidorella sp., dan Glyptophysa crosse hama padi di Australia, Planorbis sp. dan satu spesies tidak teridentifikasi, hama padi di Italia
  • UrocyclidaeUrocyclus flavescens
Nama ilmiah dan sebaran geografik jenis-jenis moluska dapat diperiksa pada situs MolluscaBase.

Filum Nematoda
Filum Nematoda terdiri atas hewan tidak bersekat yang bersifat parasitik pada tumbuhan atau hewan. Nematoda tumbuhan (plant parasitic nematodes) berukuran relatif kecil (0,3-4,0 mm panjang x 0,01-0,5 mm lebar) sehingga sulit dapat dilihat dengan mata telanjang. Tubuh nematoda tumbuhan berbentuk silindris yang simetris secara bilateral, kecuali tubuh betina genus tertentu yang berbentuk bulat. Nematoda berbiak secara seksual, tetapi beberapa genus ada yang bersifat hermaproditik atau partenogenetik. Nematoda tumbuhan mempunyai stilet (stylet), alat mulu berbentuk jarum suntik yang digunakan untuk mencucuk sel tanaman, kecuali nematoda bengkak akar yang mempunyai gigi melengkung. Daur hidup nematoda terdiri atas telur, larva, dan dewasa. Fase larva terdiri atas empat instar yang ditandai dengan pergantian kulit. Mengingat caranya mengganggu tanaman dan gejala yang ditimbulkannya, nematoda juga digolongkan sebagai patogen, tetapi sebagai organisme golongan hewan juga dapat digolongkan sebagai hama dalam arti sempit. 

Sebelum melanjutkan membaca, silahkan terlebih masuk dan membaca pengantar mengenai nematoda pada situs Introduction to the Nematoda, membaca sub-bab Nematode Diseases dalam buku Plant Protection 1: Pests, Diseases, and Weeds, dan kemudian mengunduh dan membaca buku teks Plant Nematodes of Agricultural Importance. Filum Nematoda terdiri atas kelas DorylaimidaEnoplea, dan Secernentea serta kelompok (assemblage) "Chromadorea". Nematoda tumbuhan terdapat dalam tiga ordo: Triplonchida dan Dorylaimida dari kelas Enoplea, serta Tylenchida dari kelas Secernentea. Menurut Tytgat et al. (2000), nematoda mengganggu, merusak, dan/atau mematikan tanaman dengan berbagai cara sebagai berikut:
  1. Ektoparasit menetap: Paratylenchus (Tylenchulidae: Tylenchida) dan Criconemella  (Criconematidae: Tylenchida) 
  2. Ektoparasit berpindah: Tylenchorhynchus (Belonolaimidae: Tylenchida) dan Belonolaimus (Belonolaimidae: Tylenchida) serta seluruh nematoda dalam ordo Triplonchida dan Dorylaimida
  3. Ekto-endoparasit berpindah: Hoplolaimus (Hoplolaimidae: Tylenchida) dan Helicotylenchus (Hoplolaimidae: Tylenchida)
  4. Endoparasit menetap: nematoda sista Globodera (Heteroderidae: Tylenchida) dan Heterodera (Heteroderidae: Tylenchida) serta nematoda puru akar Meloidogyne (Heteroderidae: Tylenchida)
  5. Semi-endoparasit menetap: Rotylenchulus (Hoplolaimidae: Tylenchida), contoh: Rotylenchulus reniformis Linford and Oliveira, 1940, dan Tylenchulus (Tylenchulidae: Tylenchida), contoh: nematoda meranggas lambat pada jeruk Tylenchulus semipenetrans (Cobb, 1913)
  6. Endoparasit berpindah: Pratylenchus (Pratylenchidae: Tylenchida)
  7. Endoparasiitik menetap-berpindah: Nacobbus (Pratylenchidae: Tylenchida), contoh: nematoda puru akar palsu Nacobbus dorsalis Thorne & Allen, (1944)
  8. Memparasit batang dan umbi lapis: Ditylenchus (Anguinidae: Tylenchida), contoh: nematoda umbi lapis aneka bawang dan bawang putih Ditylenchus dipsaci (Kuhn, 1857) dari famili Anguinidae, ordo Tylenchida, kelas Secernentea
  9. Menyebabkan puru: Anguina (Heteroderidae: Tylenchida), contoh: nematoda puru pada gandum dan rye Anguina tritici (Steinbuch, 1799) Filipjev, 1936 dari famili Anguinidae ordo Tylenchida, kelas Secernentea
  10. Memparasit pucuk dan daun: Aphelenchoides (Aphelenchoididae: Tylenchida), contoh: nematoda pucuk putih padi Aphelenchoides besseyi Christie, 1942 dari famili Aphelenchoididae, ordo Tylenchida, kelas Secernentea
  11. Memparasit jamur: Ditylenchus (Anguinidae: Tylenchida), Aphelenchoides (Aphelenchoididae: Tylenchida), Aphelenchus (Aphelenchoididae: Tylenchida), Paraphelenchus (Aphelenchoididae: Tylenchida), contoh Aphelenchus avenae Bastian, 1865 dari famili Aphelenchoidinae, ordo Tylenchida, kelas Secernentea
Berikut adalah contoh jenis nematoda hama dalam ordo Tylenchida berdasarkan famili dan peringkat kemampuan merusak menurut Jones et al. (2013):
  • Anguinidae: antara lain genus Ditylenchus, contoh: nematoda batang dan umbi lapis Ditylenchus dipsaci (Kuhn, 1857) pada tanaman aneka bawang, merupakan nematoda paling merusak peringkat 5
  • Aphelenchoididae: antara lain genus: Aphelenchoides, contoh: nematoda pucuk-putih tanaman padi Aphelenchoides besseyi Christie, 1942, nerupakan nematoda peling merusak peringkat 10, dan genus Aphelenchus, contoh: Aphelenchus avenae Bastian, 1865, nematoda pada beraneka jenis jamur
  • Belonolaimidae: antara lain genus Belonolaimus, contoh: nematoda sengat Belonolaimus longicaudatus Rau, (1958), hama pada rumput taman dan beraneka jenis tanaman buah.
  • Criconematidae: antara lain genus Mesocriconema, contoh: nematoda cincin Mesocriconema xenoplax (Raski, 1952) Loof & De Grisse, 1989, hama pada tanaman aneka buah dalam genus Prunus (persik, almon, aprikot, ceri, dsb.)
  • Heteroderidae: antara lain Anguina, genus Globodera, genus Heterodera, dan genus Meloidogyne. Jenis-jenis nematoda kista (Heterodera spp. and Globodera spp.) merupakan nematoda paling merusak peringkat 2, sedangkan jenis-jenis nematoda puru akar Meloidogyne spp. merupakan nematoda paling merusak peringkat 1
  • Hoplolaimidae: antara lain genus Helicotylenchus, genus Hoplolaimus, dan genus Rotylenchulus, contoh:  
  • Pratylenchidae: antara lain genus Nacobbus, contoh: Nacobbus aberrans (Thorne, 1935) Thorne & Allen, 1944, merupakan nematoda paling merusak peringkat 9, genus Radopholus, contoh: nematoda pelubang akar Radopholus similis (Cobb, 1893) Thorne, 1949, merupakan nematoda paling merusak peringkat 4, dan genus Rotylenchulus, contoh: nematoda bentuk ginjal Rotylenchulus reniformis Linford and Oliveira, 1940 sebagai nematoda paling merusak peringkat 7
  • Tylenchulidae: Paratylenchus, contoh: nematoda luka akar (Pratylenchus spp.) sebagai nematoda paling merusak peringkat 3
Gambar 2.1.4.
Berbagai genera nematoda parasitik pada tanaman

Berikut adalah contoh jenis nematoda hama dalam ordo lain berdasarkan famili dan peringkat kemampuan merusak menurut Jones et al. (2013):
  • Longidoridae dalam ordo Dorylaimida, antara lain genus Xiphinema, contoh: nematoda vektor virus Xiphinema index Thorne and Allen, (1950) merupakan nematoda paling merusak peringkat 8
  • Parasitaphelenchidae dalam ordo Aphelenchida, antara lain genus Bursaphelenchus, contoh: nematoda layu pohon pinus Bursaphelenchus xylophilus (Steiner & Buhrer) Nickle
  • Trichodoridae dalam ordo Triplonchida, antara lain genus Paratrichodorus, contoh: nematoda akar gada Paratrichodorus tunisiensis Siddiqi (1963), juga merupakan vektor virus
Nematoda puru akar merupakan kelompok nematoda yang umum menyerang banyak jenis tanaman di Indonesia, di antaranya jenis yang merusak tanaman wortel adalah Meloydogyne arenaria, M. hapla, M. incognita, dan M. javanica, menyebabkan umbi wortel menjadi berambut, bercabang, atau berambut dan bercabang sekaligus, dengan membentuk puru pada akar, puru seperti kudis pada permukaan umbi, puru seperti gada pada pangkal umbi, puru memanjang, dan puru berbentuk bulat ukuran besar (Hikmia et al, 2012).
 
Gambar 2.1.5.
Gejala kerusakan yang ditimbulkan oleh Meloydogyne spp. pada umbi wortel (atas) dan pola sidik pantat spesies Meloidogyne: M. hapla (A), M. arenaria (B), M. incognita (C) dan M. javanica (D) (Supramana & Suastika, 2012

.

2.1.1.2. Membaca Pustaka
Materi kuliah yang Anda baca ini hanyalah semacam panduan mengenai bagaimana seharusnya Anda mempelajari materi kuliah ini. Untuk mempelajari materi kuliah ini lebih lanjut, Anda perlu membaca pustaka sebagai berikut:
Buku Teks:
Silahkan mengklik halaman Pustaka Kuliah untuk mengakses dan mengunduh buku teks, mengakses perpustakaan daring dan mengunduh buku teks gratis, mengakses websites, dan mengakses artikel jurnal ilmiah.

2.1.2. TUGAS/PROJEK KULIAH

2.1.2.1. Mendiskusikan dengan Cara Membagikan Blog dan Materi Kuliah
Setelah membaca materi kuliah, silahkan bagikan materi kuliah melalui media sosial yang dimiliki disertai dengan mencantumkan status tertentu, misalnya "Saya sekarang baru tahu ternyata statistika terapan itu menyenangkan  ... dst." Untuk membagikan lauar klik tombol Beranda dan kemudian klik tombol pembagian memalui media sosial dengan mengklik tombol media sosial yang tertera di sebelah kanan judul materi kuliah. Jika media sosial yang dimiliki tidak tersedia dalam ikon yang ditampilkan, klik ikon paling kanan untuk membuka ikon media sosial lainnya. Materi kuliah dibagikan paling lambat pada Rabu, 25 September 2024 pukul 24.00 WITA dengan cara menjawab pertanyaan pada laporan melaksanakan kuliah.

2.1.2.2. Mendiskusikan dengan Cara Menyampaikan dan Menanggapi Komentar
Setelah membaca materi kuliah, silahkan buat minimal satu pertanyaan dan atau komentar mengenai materi kuliah. Buat pertanyaan secara langsung tanpa perlu didahului dengan selamat pagi, selamat siang, dsb., sebab belum tentu akan dibaca pada jam sesuai dengan ucapan selamat yang diberikan. Ketik pertanyaan atau komentar secara singkat tetapi jelas, misalnya "Mohon menjelaskan apa manfaat mempelajari statistika terapan". Pertanyaan dan/atau komentar diharapkan ditanggapi oleh mahasiswa lainnya dan setiap mahasiswa wajib menanggapi minimal satu pertanyaan dan/atau komentar yang disampaikan oleh mahasiswa lainnya. Pertanyaan dan/atau komentar maupun tanggapannya disampaikan paling lambat pada Rabu, 25 September 2024 pukul 24.00 WITA dengan cara menjawab pertanyaan pada laporan melaksanakan kuliah.

2.1.2.3. Mengerjakan Tugas/Projek Kuliah
Silahkan lanjutkan mengerjakan tugas projek kuliah dengan melakukan pengamatan terhadap hama golongan chordata, golongan moluska, dan golongan nematoda. Untuk mengamati hama golongan nematoda, silagkan amati gejala daun menguning dan layu pada tanaman, lalu minta ijin untuk mencabut dan kemudian memeriksa akarnya. Selanjutmnya lakukan pengamatan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
  1. Meminta izin kepada petani untuk melakukan pengamatan hama.
  2. Setelah memperoleh izin, melakukan pengamatan pada minimum 5 titik yang berbeda jika yang diamati adalah tanaman semusimn atau 3 individu tanaman yang berbeda jika yang diamati adalah tanaman tahunan, dengan ketentuan titik atau individu tanaman yang diamati ditentukan secara acak.
  3. Melakukan pengamatan pada bagian batang dan daun, bunga atau buah (jika tanaman sedang berbunga atau berbuah), dan akar (jika tanaman menunjukkan gejala layu. Untuk tanaman semusim lakukan pengamatan pada seluruh tanaman sampel dan untuk tanaman tahunan lakukan pengamatan pada bagian batang/cabang, daun, dan bunga/buah yang diambil secara secak sebagai sampel sampai diperoleh hama.
  4. Melakukan pengamatan terhadap gejala kerusakan yang ditimbulkan oleh setiap jenis hama dan bagian tanaman yang dirusak oleh hama untuk menentukan satu jenis hama yang paling merusak, lakukan pengambilan foto gejala kerusakan.
  5. Menanyakan nama umum hama kepada petani dan sejauh mana jenis hama tersebut merugikan.
  6. Mengambil foto individu hama dari berbagai arah sevara lengkap dan menggunakan foto untuk melakukan penelusuran di Internet dengan menggunakan foto dengan mengikuti panduan.
Catat hasil wawancara dan pengamatan untuk disampaikan sebagai bagian dari Laporan Melaksanakan Kuliah dan Mengerjakan Tugas selambat-lambatnya pada Rabu, 20 September 2023 pukul 24.00 WITA. Projek kuliah ini merupakan bagian 2 dari Projek Kuliah I yang akan dilanjutkan pengerjaannya pada setiap kuliah minggu berikutnya.

2.1.3. ADMINISTRASI KULIAH

Untuk membuktikan telah melaksanakan kuliahi, Anda wajib mengakses, menandatangani presensi, dan mengumpulkan tugas di situs SIADIKNONA. Sebagai cadangan, silahkan juga mengerjakan quiz, menandatangani daftar hadir, dan memasukkan laporan melaksanakan kuliah dan mengerjakan tugas dengan mengklik tautan di bawah ini.
  1. Menandatangani Daftar Hadir Melaksanakan Kuliah selambat-lambatnya pada Jumat, 20 September 2024 pukul 24.00 WITA dan setelah menandatangani, silahkan periksa daftar hadir yang telah ditandatangani;
  2. Menyampaikan Laporan Melaksanakan Kuliah dan Mengerjakan Projek selambat-lambatnya pada Rabu, 25 September 2024 pukul 24.00 WITA dan setelah menyampaikan, silahkan periksa untuk memastikan bahwa laporan sudah masuk.
Mahasiswa yang tidak mengisi dan memasukkan Daftar Hadir Melaksanakan Kuliah dan Laporan Melaksanakan Kuliah akan ditetapkan sebagai tidak melaksanakan kuliah.

**********
Hak cipta blog dan isi blog pada: I Wayan Mudita
Dipublikasikan pertama kali: 8 September 2023.

Creative Commons License
Hak cipta selurun tulisan pada blog ini dilindungi berdasarkan Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 3.0 Unported License. Silahkan mengutip tulisan dengan merujuk sesuai dengan ketentuan perujukan akademik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar