Halaman Aktif

Selamat Datang

Belajar Hama dan Penyakit Tumbuhan merupakan blog baru untuk mendukung pembelajaran blended learning mata kuliah Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan bagi mahasiswa Faperta Undana. Blog sedang dalam pembuatan sehingga belum dapat menyediakan layanan secara penuh. Silahkan berkunjung kembali untuk memperoleh informasi mengenai fitur layanan dukungan pembelajaran yang diberikan melalui blog ini. Mohon berkenan menyampaikan komentar dengan mengklik tautan Post a Comment di bawah setiap tulisan.

Kamis, 21 September 2023

2.3. Penggolongan Hama Berdasarkan Cara Merusak dan Bagian Tanaman yang Dirusak, Kisaran Inang, dan Perilaku Menyebar

Pada materi 2.1 kita sudah mempelajari penggolongan hama dan patogen secara taksonomis, mudah-mudahan Anda sudah berkenan membaca materi tersebut. Jika Anda sudah membaca materi, Anda akan memahami begitu banyak jenis organisme yang dapat menjadi hama dan patogen pada tanaman. Kalau Anda mau berpikir kritis ketika membaca materi, Anda akan bertanya bagaimana jika tanaman diinvasi oleh sekian banyak jenis hama sekaligus? Mengapa di suatu tempat tanaman mengalami gangguan hanya oleh beberapa jenis hama? Faktor apa yang menentukan sehingga suatu jenis hama menimbulkan kerusakan pada tanaman? Pada materi kuliah ini kita akan mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan ini mulai dari pertanyaan terakhir sampai ke pertanyaan pertama. Jika Anda kuliah untuk belajar, silahkan baca materi sambil membuat pertanyaan. Tapi jika Anda kuliah hanya untuk memperoleh gelar, silahkan membaca sesuatu yang lebih menyenangkan atau menonton tayangan video media sosial yang pasti jauh lebih mengasyikkan.

2.3.1. MATERI KULIAH

2.3.1.1. Membaca Materi Kuliah
Penggolongan Berdasarkan Cara Merusak
Pernahkah memperhatikan bagaimana seekor kambing merusak tanaman? Apakah hanya dengan cara memakan tanaman? Tapi jika hanya dengan cara memakan tanaman, mengapa tanaman yang daunnya dimakan kambing biasanya tidak dapat kembali tumbuh dengan subur? Pernahkan Anda menghalau segerombolan sapi yang baru masuk ke lahan dan ketika Anda halau justru lari melewati tanaman? Apa yang terjadi dengan tanaman yang dilewati oleh segerombolan sapi yang Anda halau tersebut? Bagaimana dengan wereng coklat pada tanaman padi, apakah ketika Anda usir akan menimbulkan kerusakan sebagaimana Anda menghalau gerombolan sapi? Tapi mengapa wereng coklat yang ukurannya kecil seperti itu dapat merusak tanaman lebih parah daripada yang ditimbulkan oleh segerombolan sapi? Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, kita perlu mempelajari bagaimana cara organisme hama merusak tanaman. Karena organisme hama pertama-tama merusak dengan cara memakan tanaman, kita terlebih dahulu mempelajari alat mulut berbagai organisme golongan hewan yang dapat menjadi hama. Kita mulai dengan organisme golongan serangga, kemudian kita lanjutkan dengan organisme hama golongan lainnya.

Untuk mempelajari alat mulut serangga, silahkan Anda tangkap seekor belalang dan kemudian periksa bagian kepalanya dari arah depan dan dari arah samping (Gambar 2.3.1).

Gambar 2.3.1.
Bagian kepala belalang dan bagian-bagian alat mulutnya. Sumber: Bugwood Wiki (2011)

Jika Anda periksa dari arah samping, Anda bisa melihar labrum dan mabium, yang masing-masing berfungsi sebagai bibir atas dan bibir bawah. Dari arah depan Anda akan melihat mandible dan maxilla yang berfungsi mirip dengan rahang, mandible sebagai rahang primer dan maxilla sebagai rahang sekunder. Maxilla dilengkapi dengan organ yang disebut maxillary pulp, yang tampak seperti kumis atau jengot. Di dalam rongga mulut terdapat hyphopharynx, yang berfungsi mirip dengan fungsi lidah. Alat mulut sebagaimana yang dimiliki oleh belalang disebut alat mulut tipe menggigit-mengunyah (biting-chewing type). Tidak semua jenis serangga mempunyai alat mulut yang sama. Alat mulut serangga berbeda-beda bergantung pada ordo dan fase pertumbuhan dalam metamorfosis serangga (oleh karena itu Anda perlu membaca materi 2.1 kembali). Alat mulut menggigit-mengunyah merupakan alat mulut primitif yang kemudian berevolusi menjadi alat mulut lain pada ordo lain (fase metamorfosis) (Gambar 2.3.2).
Gambar 2.3.2.
Evolusi tipe dasar alat mulut serangga, A: tipe mengunyah sebagai tipe primitif menjadi tipe tipe lebih modern B: tipe menjilat (lapping), C: tipe menyedot (siphoning), dan D: tipe menghisap (sucking). Sumber: Wikipedia (2023)

Selain tipe dasar mengunyah, menjilat, menyedot, dan menghisap, tipe dasar lainnya adalah membilas (sponging). Tipe alat mulut dasar tertentu disertai dengan modifikasi sehingga memungkinkan tipe dasar berfungsi. Misalnya untuk mengunyah maka perlu terlebih dahulu menggigit dan untuk menghisap perlu terlebih dahulu mencucuk. Berdasarkan tipe alat mulut dasar dan modifikasinya maka tipe alat mulut serangga terdiri atas: (1) menggigit-mengunyah (biting-chewing) misalnya mulut kumbang, kambing, dan semut, (2) mengunyah-menjilat (chewing-lapping) misalnya alat mulut larva lalat, larva ngengat, larva kumbang, (3) mencucuk-menghisap (piercing-sucking) misalnya alat mulut jenis burung tertentu, kutu loncat, wereng, (4) menempel-menyedot (siphoning), (5) menempel-membilas (sponging) misalnya lalat dewasa, (6) mengunyah-menghisap (chewing-sucking) misalnya alat mulut tungau, (7) mengunyah-menjilat (chewing-sucking) misalnya alat mulut tawon dan lebah, (8) memarut-menghisap (rasping-sucking) misalnya alat mulut sayap rumbai dan keong, (9) mengunyah-melubangi (chewing-boring) misalnya alat mulut kumbang penggerek ranting, (10) menghisap (siphoning) misalnya alat mulut kupu-kupu dan ngengat dewasa, dan (11) menyaring (filter-feeding) misalnya alat mulut serangga perairan. Setelah memahami alat mulut serangga, silahkan mempelajari alat mulut arthropoda, khususnya alat mulut tungau tanaman, alat mulut nematoda, dan alat mulut moluska pemakan tanaman. Silahkan klik tautan untuk mempelajari modifikasi organ alat alat mulut untuk setiap tipe, salin dan tempel untuk menerjemahkan menggunakan layanan Google Translate jika setelah mempelari lebih dari 6 tahun Anda selalu lulus Bahasa Inggris tanpa bisa memahaminya. Untuk alat mulut chordata, silagkan periksa alat mulut Anda masing-masing. Setelah memahami berbagai tipe alat mulut, silahkan pelajari bagaimana organisme golongan hewan merusak tanaman dengan cara memakan (feeding damage). Tipe kerusakan yang ditimbulkan oleh hama pemakan tanaman merupakan gejala kerusakan yang ditimbulkan oleh jenis hama yang bersangkutan.

Selain merusak secara langsung dengan cara memakan, organisme hama juga dapat merusak tanaman secara tidak langsung dengan cara sebagai berikut:
  • Tempat bersarang, menjadikan tanaman sebagai tempat melalui fase telur, larva atau nimfa (bagi serangga) atau anakan bagi chordata hama. Misalnya ngengat penggulung daun Erionota thrax menjadikan daun pisang sebagai tempat melangsungkan fase pupa, beraneka jenis kumbang penggerek batang maupun biji menjadikan lubang gerekan yang semula sebagai cara memakan uuntuk meletakkan telur di dalamnya dan kemudian memungkinkan fase larvanya makan dan melanjutkan fase pupa, sebagaimana misalnya kumbang penggerek Xylosandrus compactus yang tergolong sebagai kumbang ambrosia pada ranting tanaman kopi dan kumbang bubuk jagung Sitophilus zeamais, yang tergolong kumbang bubuk (grain weevils), pada biji jagung, meskipun biji jagung sudah diasapi.
  • Menyediakan tempat patogen menginfeksi dan berkembang, ketika memakan tanaman hama membuat luka yang dapat menjadi titik masuk (penetrasi) bagi beraneka jenis patogen, tanpa keterlibatan hama dalam mebawa patogen yang bersangkutan. 
  • Menularkan patogen, membawa patogen masuk ke dalam tanaman secara tidak sengaja misalnya karena patogen menempel di permukaan tubuh hama maupun secara dengan sengaja karena patogen masuk ke dalam tubuh hama
  • Mengkontaminasi jaringan tanaman hasil tanaman, mengkontaminasi jaringan tanaman dengan melepaskan senyawa yang dapat mendorong tanaman membentuk puru atau mengkontaminasi hasil dengan cara membuang kotoran dan bagian tubuh, embun madu, atau sisa hasil yang telah dirusak
  • Merobohkan tanaman yang dilewati, terjadi karena tekanan mekanik yang ditimbulkan ketika hama bergerak merobohkan tanaman, misalnya ketika sapi, kerbau, kuda, dsb., melewati areal pertanaman tanpa memakan tanaman.
Penggolongan Berdasarkan Bagian Tanaman yang Dirusak dan Perkembangan Populasi
Sebagaimana telah disebutkan dalam uraian di atas, hama dapat meyerang berbagai bagian tanaman, mulai dari akar, batang, daun, bunga, serta buah dan biji. Sebagai sekedar contoh, silahkan klik tautan untuk mempelajari jenis hama yang merusak bagian-bagian tertentu tanaman:
Setelah membaca uraian di atas, mudah-mudahan Anda paham bahwa hama merusak tanaman pertama-tama dengan cara memakan tanaman atau hasil tanaman. Tetapi selain itu, hama juga dapat merusak tanaman dengan cara lain. Bahkan dalam banyak kasus, hama yang merusak dengan cara lain justru dapat menimbulkan kerusakan yang lebih besar dibandingkan dengan kerusakan yang ditimbulkan secara langsung dengan cara memakan tanaman. Selain merusak tanaman, hama dapat menimbulkan kerugian dengan cara:
  • Menambah biaya produksi, risiko terjadinya serangan hama mengharuskan petani mengantisipasi dengan mengadakan sarana dan prasarana pengendalian;
  • Menurunkan nilai jual lahan pertanian, lahan yang terinfestasi hama akan menyebabkan nilai jualnya turun karena yang membeli harus menanggung risiko tanamannya mengalami kerusakan karena serangan OPT.
Beberapa jenis hama berukuran besar seperti organisme hama golongan chordata dan burung dapat menimbulkan kerusakan oleh satu atau beberapa individu, Namun pada umumnya hama menimbulkan kerusakan karena populasinya meningkat menjadi besar. Berkaitan dengan kerusakan yang terjadi karena populasi hama meningkat, dikenal istilah yang berkaitan dengan populasi hama sebagai berikut: 
  • Taraf luka ekonomis (economic injury level, EIL): merupakan padat populasi hama terendah yang akan menyebabkan kerusakan ekonomis, yaitu  kerusakan yang tidak lagi dapat ditoleransi dan oleh karena itu, pada padat populasi tersebut atau bahkan sebaiknya sebelum mencapai padat populasi tersebut, perlu dilakukan upaya pengendalian secara sengaja, diukur sebagai padat populasi karena taraf luka sulit diukur secara langsung, yang seharusnya diukur sebagai ekivalen luka (injury equivalent), yaitu besaran luka (amount of injury) yang dapat ditimbulkan oleh satu individu hama selama hidupnya, atau ekivalensi total, yaitu besaran luka yang dapat ditimbulkan oleh populasi hama dalam waktu tertentu, diukur sebagai EIL = C/VID, di mana EIL = padat popualsi hama setara luka per satuan luas, C = biaya produksi per satuan luas, V = Nilai pasar per satuan hasil, I = kerusakan tanaman per padat populasi hama, dan D = penguraingan hasil per satuan luas.
  • Taraf ambang ekonomis (economic threshold level, ETL): merupakan padat populasi hama pada saat tindakan pengendalian harus diterapkan untuk mencegah peningkatan populasi hama mencapai tingkat kerugian ekonomi. ETL merupakan indeks yang digunakan dalam pengambilan keputusan pengelolaan hama. Meskipun dinyatakan dalam padat populasi, ETL sebenarnya merupakan parameter waktu, dengan jumlah hama yang digunakan sebagai indeks kapan strategi pengelolaan harus diterapkan. ETL ditentukan berdasarkan EIL, dinamika populasi hama, prakiraan cuaca, dan potensi kerusakan hama. 
  • Taraf luka ekonomi lingkungan (environmental economic injury level, EEIL): padat populasi hama yang perlu dikendalikan berdasarkan bukan hanya berdasarkan biaya dan manfaat langsungnya bagi manusia, nelainkan juga dengan memperhitungkan dampaknya terhadap lingkungan, ditentukan dengan memasukkan komponen biaya lingkungan yang ditimbulkan oleh penggunaan pestisida, memberikan harga lebih tinggi terhadap produk bebas pestisida, memberikan nilai ekonomis terhadap penggunaan teknik budidaya yang mengurangi risiko terjadinya ledakan populasi hama, dan mentolerasi daya dukung lingkungan yang lebih tinggi terhadap hama.
  • Posisi keseimbangan umum (general equilibrium position, GEP): merupakan kepadatan populasi rata-rata suatu spesies hama dalam jangka waktu lama yang tidak terpengaruh oleh intervensi pengendalian hama yang bersifat sementara, yang berfluktuasi pada tingkat rata-rata sebagai akibat dari pengaruh faktor-faktor yang bergantung pada kepadatan, seperti parasitoid, predator, penyakit, dan lain-lain. Dapat dipahami bahwa EIL dapat berada pada level apa pun, mulai dari bawah hingga jauh di atas GEP. Pada serangga tertentu, GEP jauh di bawah EIL atau bahkan ETL dan tidak pernah mencapai dua parameter terakhir. Serangga seperti ini jarang terlihat secara fisik namun kerusakan yang disebabkan oleh masuknya virus atau penyakit lainnya bisa menjadi yang paling signifikan. GEP menyentuh EIL dan ETL, sekitar 2 hingga 5 tahun untuk banyak spesies serangga hama. Serangga seperti ini disebut ‘hama sesekali’. Peningkatan populasi mungkin disebabkan oleh efek buruk pestisida atau karena kondisi cuaca yang mendukung. 
Dalam kaitan dengan taraf populasi hama tersebut di atas, hama dapat digolongkan menjadi sebagai berikut:
  1. Hama utama (major/serious pests): jenis-jenis hama dari spektrum hama suatu jenis tanaman yang biasanya berstatus sebagai hama ekonomis, padat populasi keseimbangan umumnya selalu di atas padat populasi ambang luka ekonomi, bisa jauh atau dekat.
  2. Hama kunci (key pests): jenis-jenis hama dari kompleks hama yang berstatus sebagai hama ekonomis, padat populasi keseimbangan umumnya selalu jauh di atas padat populasi ambang luka ekonomi.
  3. Hama minor (minor pests): jenis-jenis hama dari spektrum hama suatu jenis tanaman yang biasanya tidak berstatus sebagai hama ekonomis, padat populasi keseimbangan umumnya selalu berada di bawah padat populasi ambang luka ekonomi.
  4. Hama kadang-kadang (ocassional pests): jenis organisme herbivor yang padat populasinya sesekali meningkat sehingga menjadi berstatus sebagai hama.
  5. Hama potensial (potential pests): jenis organisme herbivor yang padat populasinya pada umumnya rendah sehingga tidak berstatus sebagai hama, tetapi jika terjadi kesalahan cara budidaya maka padat popuulasinya dappat meningkat seingga berstatus sebagai hama (atau patogen).
  6. Hama migran (migrant pests): jenis organisme herbivor yang dalam daur hidupnya bermigrasi, menjadi berstatus sebagai hama pada jalur lintasan migrasinya.
Penggolongan Berdasarkan Kisaran Inang
Hama dapat menggunakan satu jenis tanaman, beberapa jenis tanaman, atau banyak jenis tanaman sebagai makanannya. Jenis tanaman yang digunakan sebagai makanan oleh hama dikenal sebagai tanaman inang (host), meskipun istilah inang mempunyai pengertian yang lebih luas, yaitu organisme berukuran badan lebih besar yang memberi tempat kepada organisme lain yang berukuran badan lebih kecil. Dalam pengertian yang lebih luas ini, istilah inang digunakan dalam hubungan parasitisme, komensalisme, dan mutualisme. Dalam kaitan dengan hama, istilah inang digunakan terbatas pada hubungan parasitisme, meskipun hama sebenarnya juga tidak memparasit tanaman dalam arti sempit, melainkan dalam hubungan herbivori. Berdasarkan jumlah jenis tanaman yang dapat digunakan sebagai jenis makanan, hama dibedakan menjadi:
  • Hama monofag, hama yang menggunakan satu jenis tanaman sebagai inang, contoh: larva penggerek buah kopi (Hypothenemus hampei) hanya memakan biji kopi, larva penggerek buah kakao (Conopomorpha cramerella) hanya memakan buah kakao, larva dan kumbang dewasa kumbang kentang colorado (Leptinotarsa decemlineata) hanya memakan tanaman kentang, nimfa dan kutu loncat dewasa kutu loncat jeruk Asia (Diaphorina citri) hanya memakan tanaman jeruk.
  • Hama oligofag, hama yang menggunakan beberapa jenis tanaman sebagai inang, contoh: larva kupu-kupu kubis (Pieris rapae) memakan tanaman aneka kubis, termasuk kubis, brokoli, kembang kol, dan kangkung, larva penggerek tomat (Manduca quinquemaculata) memakan berbagai tanaman Solanaceae, termasuk tomat, paprika, terung, dan kentang, nimfa dan dewasa kepik labu (Anasa tristis) memakan aneka tanaman labu, termasuk labu, melon, dan mentimun.
  • Hama polifag (polyphagous pests), hama yang menggunakan banyak jenis tanaman sebagai inang, jenis hama paling polifag adalah Hyphantria cunea, contoh hama polifag lainnya adalah belalang kembara timur (asian migratory locust), ngengat spon (sponge moth), dan ulat grayak amerika (fall armyworms).
Untuk jenis-jenis hama oligofag dan polifag, seluruh jenis tanaman yang menjadi inang satu jeni hama disebut kisaran inang (host range). 

Di antara kategori hama berdasarkan kisaran inangnya sebagaimana tersebut di atas, logika sederhananya hama kategori oligofag menimbulkan masalah lebih serius dibandingkan dengan hama kategori monofag karena merusak lebih banyak tanaman. Demikian juga dengan hama kategori polifag, jika didasarkan pada jumlah jenis tanaman yang dirusak, akan menimbulkan masalah lebih serius lagi dibandingkan dengan hama kategori oligofag. Akan tetapi hubungan antara hama dan tanaman inangnya sebenarnya tidak sesederhana itu karena beberapa alasan:
  • Tanaman inang dapat merupakan inang primer, sekunder, atau tersier; inang primer berisiko dirusak lebih berat dari inang sekunder dan inang sekunder dirusak lebih berat daripada inang tersier, dan seterusnya;
  • Kerusakan yang ditimbulkan oleh suatu jenis hama ditentukan terutama oleh padat populasinya, pupulasi yang lebih besar merusak tanaman lebih berat daripada populasi lebih rendah dan pada gilirannya perkembangan populasi bergantung pada keperidian dan daur hidup jenis hama;
  • Semua jenis tanaman inang ditanam pada waktu tempat yang sama atau berbeda;
  • Jenis hama bersifat menetap di satu tempat atau bermigrasi ke berbagai tempat, baik secara aktif dengan berpindah sendiri maupun pasif dengan berpindah mengikuti barang dan orang.
  • Faktor lingkungan, baik yang bersifat faktor tidak bergantung kepadatan seperti misalnya faktor iklim, bencana, dan cara pengendalian yang dilakukan petani maupun faktor bergantung kepadatan seperti misalnya musuh alami, pola pertanaman, dan luas tanam.
Oleh karena faktor-faktor di atas, satu jenis monofag bisa menimbulkan kerusakan yang lebih berat dibandingkan dengan yang ditimbulkan oleh satu jenis hama oligofag maupun polifag. Selain itu, pakah termasuk kategori monofag, oligofag, maupun polifag, satu jenis hama menimbulkan kerusakan yang berbeda-beda bergantung pada tempat dan waktu.

Penggolongan Berdasarkan Perilaku Menyebar dan Sebaran Geografik
Untuk memahami apa itu perilaku menyebar, sebaiknya Anda pelajari bagaimana belalang kembara berubah dari perilaku menyendiri (soliter, solitary) menjadi perilaku menggerombol (gregaria, gregarious), silahkan membaca artikel jurnal berjudul Phenotypic Transformation Affects Associative Learning in the Desert Locust yang dalam bahasa Indonesia kira-kira berarti transformasi fenotifik mempengaruhi pembelajaran asosiatif pada belalang kembara gunung yang berita populernya dapat dibaca sebagai artikel berjudul How Locusts Learn to Be Part of a Swarm (Bagaimana belalang kembara belajar menjadi bagian dari gerombolan). Secara singkat, belalang kembara yang semula soliter berubah menjadi gregaria karena proses pembelajaran dan proses pembelajaran ini dipengaruhi oleh senyawa alkaloid tertentu yang terdapat pada tanaman yang tumbuh pada habitat belalang kembara. Setelah menjadi gregaria, belalang kembara menggunakan keadaan iklim sebagai penentu arah sehingga disebut bermigrasi dengan menggunakan kompas angkasa (sky compass) sebagai penentu arah (baca artikel Sky Compass Orientation in Desert Locusts). Istilah kembara diberikan sebagai nama umum berbagai jenis belalang yang mempunyai perubahan perilaku dari soliter menjadi gregaria dan kemudian berpindah (migrate, menyebar) dalam gerombolan besar. Ketika masih dalam fase soliter belalang kembara juga memakan tanaman, tetapi kemampuan merusaknya menjadi jauh lebih besar karena perubahan perilakunya menjadi gregaria.

Kembara bukan hanya perilaku belalang, tetapi juga perilaku beberapa jenis hama di luar belalang. Contohnya adalah sejenis serangga yang semula dinamai ngengat gipsi (gypsy moth, kata gypsi digunakan untuk menyebut orang yang hidup dengan cara berpindah-pindah), tetapi supaya tidak menyudutkan kelompok orang tertentu maka nama ini kini diganti menjadi ngengat spon, merujuk kepada massa telurnya yang menyerupai spon. Ngengat asal Eropa ini masuk ke Amerika pada 1869 karena diimpor untuk disilangkan dengan ulat sutera, tetapi kemudian populasinya meledak menjadi hama pertama kali pada 1889 dan kemudian menyebar  dari bagian Amerika Timur Laut ke bagian lainnya (Gambar 2.3.3). Larva ngengat mempunyai kisaran inang lebih dari 500 jenis pohon dan perdu, sehingga termasuk hama kategori polifag. Berbeda dengan belalang kembara dan berbeda dengan subspesies hama yang sama di kawasan lainnya, ngengat subspesies ini tidak dapat terbang jauh. Penyebaran terjadi juustru karena ngengatnya yang berukuran kecil dan berambut panjang dapat dibawa angin, setelah menggantungkan diri dengan benang sutera dari pohon yang diserangnya, dengan laju penyebaran rata-rata 21 km sampai maksimum 80 km per tahun, bergantung pada kecepatan angin. Namun penyebaran hama ini terjadi bukan hanya dengan bantuan angin, tetapi juga karena penyebaran telurnya secara tidak sengaja.
Gambar 2.3.3.
Penyebaran ngengat spon Lymantria dispar dispar (Linnaeus, 1758) di Amerika Serikat. Sumber: Wikipedia

Hama lain yang juga bermigrasi adalah ulat grayak amerika (fall armyworms) yang masuk ke Indonesia pada 2019. Hama ini mempunyai kawasan sebaran alami Amerika Selatan sampai Amerika Serikat bagian Selatan, tetapi dapat bermigrasi secara musiman ke Utara sampai ke Kanada. Migrasi terjadi karena kemampuan ngengat terbang jauh dan dengan bantuan angin memungkinkan bisa mencapai jarak 483 per generasi dari Amerika Serikat bagian Selatan ke arah Utara, menimbulkan kerusakan pada 186 jenis tanaman dalam 43 famili, tetapi sangat merusak terutama pada tanaman jagung dengan kehilangan panen mencapai 40-72%. Karena perilakunya yang menyebar cepat dan kemampuan menimbulkan kehilangan panen yang tinggi maka dikategorikan sebagai spesies invasif dan di berbagai negara sebagai OPT karantina (OPTK). Namun penyebarannya ke luar benua Amerika terjadi bukan karena kemampuannya bermigrasi dengan cara terbang atau terbawa angin, melainkan melalui pergerakan orang dan barang yang meningkat drastis seiring dengan globalisasi. Ulat grayak amerika ini mula-mula menyebar ke Arika pada 2016, setelah sebelumnya melalui Sao Tome pada 2013, dan kemudian dari Afrika menyebar ke India, Bangla Desh, dan Shri Lanka pada 2018-2019, ke Asia Tenggara termasuk Indonesia pada 2019, dan Australia pada 2020. Mengingat arti penting hama ini, sebaran geografik potensial hama ini telah diprakirakan dengan menggunakan berbagai teknik pemodelan, antara lain menggunakan model gabungan sebaran jenis (ensemble species distribution model, ensemble SDM) yang menggabungkan beberapa teknik pemodelan sekaligus, dengan hasil yang sesuai dengan data sebaran global ulat grayak amerika (Gambar 2.3.4) dan terakhir dengan menggunakan pemodelan CLIMEX oleh Kenis et al (2023) (Gambar 2.3.5).

Gambar 2.3.4.
Model Sebaran global dan proses penyebaran ulat grayak amerika dari benua Amerika ke Afrika dan kemudian ke berbagai belahan dunia, termasuk ke Indonesia pada 2019. Sumber: Early et al. (2019) 

Gambar 2.3.5. Model sebaran global ulat grayak amerika, A: menggunakan pemodelan CLIMEX dan menggunakan pemodelan sebaran jenis corelatif gabungan (ensemble of correlative species distribution menurut Regan et al. (2018) sebagai pembanding. Sumber: Kenis et al (2023) 

Penyebaran menghasilkan sebaran geografik (geographic distribution), yang menyatakan di mana di permukaan bumi suatu jenis hama berada. Sebaran geografik dapat dibuat berdasarkan data keberadaan hama dari berbagai negara atau diprakirakan berdasarkan data keberadaan hama di beberapa negara dan kemudian diprakirakan sebaran geografiknya menggunakan teknik pemodelan. Data sebaran geografik hama di berbagai negara dapat diperoleh dari beberapa situs, antara lain dari CABI Distribution Maps of Plant Pests (berbayar) dan dari GBIF (gratis). Data sebaran geografik hama dari GBIH diperoleh dengan sekaligus melakukan pemeriksaan nama ilmiah diterima untuk jenis hama yang ingin diperoleh data sebaran geografiknya. Pada saat melakukan pemeriksaan akan tampil foto, peta sebaran geografik, klasifikasi, dan berbagai informasi mengenai hama yang diperiksa nama ilmiahnya. Untuk memperoleh sebaran geografik, silahkan klik tombol Explore di bagian kanan bawah peta dan kemudian klik tombol Download pada layar yang tampil setelah terlebih dahulu melakukan registrasi. Anda akan memperoleh file data dalam format untuk dibuka menggunakan Google Earth Pro atau dengan menggunakan program aplikasi SIG. Untuk belajar memodelkan sebaran suatu jenis hama di suatu daerah, misalnya belalang kembara di Pulau Sumba, Anda dapat mengunduh aplikasi gratis Maxent, mempelajari panduan cara menggunakannya, dan mengunduh data tutorial. Dengan mempelajari aplikasi gratis ini, Anda dapat menggunakannya untuk melakukan penelitian skripsi.

2.3.1.2. Mengunduh dan Membaca Pustaka
Salah satu perbedaan antara mahasiswa Indonesia dan mahasiswa di negara lain adalah kewajiban membaca buku teks. Mahasiswa Indonesia dapat menyelesaikan kuliah dengan IP tinggi tanpa pernah membaca buku, sedangkan mahasiswa di negara lain tidak bisa. Untuk mencoba mengikuti kuliah seperti di negara lain, silahkan unduh dan pelajari pustaka sebagai berikut:
Silahkan mengklik pustaka untuk mengunduh dan kemudian membaca pustaka untuk mmenjawab pertanyaan pada Laporan Melaksanakan Kuliah dan Mengerjakan Tugas.

2.3.1.3. Mengerjakan Kuis
Setelah membaca materi dan pustaka kuliah materi kuliah 2.1, 2.2, dan 2.3, setiap mahasiswa wajib mengerjakan kuis secara mandiri dengan mengklik tautan sebagai berikut:
  1. Mengerjakan dan Memasukkan Lembar Jawaban Kuis selambat-lambatnya pada Rabu, 8 Oktober 2024 pukul 24.00;
  2. Memeriksa untuk Memastikan Lembar Jawaban Kuis sudah masuk.
Mahasiswa yang tidak mengerjakan kuis tidak akan memperoleh nilai untuk setiap kuis yang tidak dikerjakan.

2.3.2. TUGAS/PROJEK KULIAH

2.3.2.1. Mendiskusikan dengan Cara Membagikan Blog dan Materi Kuliah
Setelah membaca materi kuliah, silahkan bagikan materi kuliah melalui media sosial yang dimiliki disertai dengan mencantumkan status tertentu, misalnya "Saya sekarang baru tahu ternyata statistika terapan itu menyenangkan  ... dst." Untuk membagikan lauar klik tombol Beranda dan kemudian klik tombol pembagian memalui media sosial dengan mengklik tombol media sosial yang tertera di sebelah kanan judul materi kuliah. Jika media sosial yang dimiliki tidak tersedia dalam ikon yang ditampilkan, klik ikon paling kanan untuk membuka ikon media sosial lainnya. Materi kuliah dibagikan paling lambat pada Rabu, 8 Oktober 2024 pukul 24.00 dengan cara menjawab pertanyaan pada laporan melaksanakan kuliah.

2.3.2.2. Mendiskusikan dengan Cara Menyampaikan dan Menanggapi Komentar
Setelah membaca materi kuliah, silahkan buat minimal satu pertanyaan dan atau komentar mengenai materi kuliah. Buat pertanyaan secara langsung tanpa perlu didahului dengan selamat pagi, selamat siang, dsb., sebab belum tentu akan dibaca pada jam sesuai dengan ucapan selamat yang diberikan. Ketik pertanyaan atau komentar secara singkat tetapi jelas, misalnya "Mohon menjelaskan apa manfaat mempelajari statistika terapan". Pertanyaan dan/atau komentar diharapkan ditanggapi oleh mahasiswa lainnya dan setiap mahasiswa wajib menanggapi minimal satu pertanyaan dan/atau komentar yang disampaikan oleh mahasiswa lainnya. Pertanyaan dan/atau komentar maupun tanggapannya disampaikan paling lambat pada Rabu, 8 Oktober 2024 pukul 24.00 dengan cara menjawab pertanyaan pada laporan melaksanakan kuliah.

2.3.2.3. Mengerjakan Tugas/Projek Kuliah
Silahkan membuka file DAFTAR KELOMPOK DIPERBARUI. Jika ada yang namanya masih belum terdapat dalam daftar kelompok, silahkan masuk ke kelompok 3 atau kelompok 4 sehingga anggota setiap kelompok maksimum 4 mahasiswa. Silahkan lanjutkan mengerjakan tugas projek kuliah dengan melakukan pengamatan sebagai berikut:
  1. Meminta izin kepada petani untuk melakukan pengamatan hama. Setelah memperoleh izin, melakukan pengamatan terhadap jenis hama paling merusak yang sudah ditemukan pada saat mengerjakan tugas materi kuliah 2.1. Pengamatan dilakukan pada minimum 5 titik yang berbeda jika yang diamati adalah tanaman semusim atau 3 individu tanaman yang berbeda jika yang diamati adalah tanaman tahunan, dengan ketentuan titik atau individu tanaman yang diamati ditentukan secara acak. Jika pada saat mengerjakan tugas sebelumnya belum menemukan jenis hama, usahakan mencari jenis kutu daun atau kutu putih yang biasa terdapat pada berbagai jenis tanaman. Tentukan koordinat LS dan BT setiap titik pengamatan.
  2. Menghidung jumlah individu hama yang terdapat pada setiap titik dan kemudian mencatatnya dalam satuan per tanaman jika tanaman berukuran kecil atau per bagian tanaman, misalnya per daun atau per buah jika tanaman berukuran besar, pada minimal 3 satuan sampel pertanaman (misalnya 3 helai daun, 3 buah, 3 pucuk, dsb) yang ditentukan secara acak. Jika hama bergerak, seperti misalnya walang sangit, lakukan pengamatan dari jarak jauh. Silahkan ambil foto jarak dekat jenis hama yang diamati pada bagian tanaman yang dirusak.
  3. Mentabulasi data menggunakan program aplikasi Excel dengan terlebih dahulu mengetikkan nama tanaman pada sel A1, nomor kelompok dan nama anggota kelompok pada sel A2, tanggal pengamatan pada sel A3, nomor tanaman sampel pada sel A5, nomor satuan sampel pada sel B5, jumlah individu hama pada sel C5. Selanjutnya ketik tanaman sampel 1 pada sel A6, satuan sampel 1 pada sel B6, dan jumlah individu hama pada sel C6. Ulangi langkah yang sama untuk mengetikkan satuan sampel 2 pada sel B7 dan satuan sampel 3 pada sel B8, masing-masing diikuti dengan jumlah individu hama pada sel C7 dan sel C8. Ulangi langkah yang sama untuk tanaman sampel ke-2, tanaman sampel ke-3, dan seterusnya. Simpan file dengan nama laporantugas22_nomorkelompok, dan kemudian unggah sebagai laporan.
Unggah file hasil pengamatan sebagai bagian dari Laporan Melaksanakan Kuliah dan Mengerjakan Tugas selambat-lambatnya pada Rabu, 8 Oktober 2024 pukul 24.00. Projek kuliah ini merupakan bagian 3 dari Projek Kuliah I yang akan dilanjutkan pengerjaannya pada setiap kuliah minggu berikutnya.

2.3.3. ADMINISTRASI KULIAH

Untuk membuktikan telah melaksanakan kuliahi, Anda wajib mengakses, menandatangani presensi, dan mengumpulkan tugas di situs SIADIKNONA. Sebagai cadangan, silahkan juga mengerjakan quiz, menandatangani daftar hadir, dan memasukkan laporan melaksanakan kuliah dan mengerjakan tugas dengan mengklik tautan di bawah ini.
  1. Menandatangani Daftar Hadir Melaksanakan Kuliah selambat-lambatnya pada Jumat, 4 Oktober 2024 pukul 24.00 WITA dan setelah menandatangani, silahkan periksa daftar hadir yang telah ditandatangani;
  2. Menyampaikan Laporan Melaksanakan Kuliah dan Mengerjakan Projek selambat-lambatnya pada Rabu, 8 Oktober 2024 pukul 24.00 WITA dan setelah menyampaikan, silahkan periksa untuk memastikan bahwa laporan sudah masuk.
Mahasiswa yang tidak mengisi dan memasukkan Daftar Hadir Melaksanakan Kuliah dan Laporan Melaksanakan Kuliah akan ditetapkan sebagai tidak melaksanakan kuliah.

**********
Hak cipta blog dan isi blog pada: I Wayan Mudita
Dipublikasikan pertama kali: 21 September 2023.

Creative Commons License
Hak cipta selurun tulisan pada blog ini dilindungi berdasarkan Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 3.0 Unported License. Silahkan mengutip tulisan dengan merujuk sesuai dengan ketentuan perujukan akademik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar